Sabtu, 31 Mei 2014

sedikit cerita, setelah panjangnya hari ini

Hari ini? setiap hari gantinya di jam 00.00 bukan? berarti ceritanya dimulai dariiiiiiii....


"sreg... sreg.... sreg..." suara buku Sobbota yang di bolak balik. Buat yang gak tau Sobotta itu apa, Sobotta itu Atlas Anatomi yang biasanya dipake anak anak fakultas kedokteran. Isinya anatomi tubuh manusia, semuanya dari struktur, persarafan, perdarahan dan lainnya. Seperti atlas yang harus kita beli di SD, isinya itu gambar beserta keterangannya, tapi entah mengapa buku bergambar ini gak segampang baca komik -_-. Bunyi yang tadi dideskripsikan adalah bunyi seseorang yang lagi mati matian ngapal. Soalnya ini adalah jam jam terakhir ngapal, karena jam 10 pagi harus sudah praktikum anatomi. Hari hari sebelumnya sama aja, diisi dengan belajar anatomi dan smsin ibu sama bapa di rumah buat minta doa.


Gak lama langsung maksain tidur, karena besok ada jadwal jam 8. Kalo gak ada jadwal jam 8 sih, belajar sampe subuh juga di jabanin aja pasti. Gak lama bangun lagi buat solat subuh sambil baca baca, tapi ada jarkom kalo kuliah diundur, dan saya akhirnya memutuskan untuk baca dan tidur 5 menit sekali sampe jam 9 pagi hehehehe


Jam 10 kurang berangkat ke laboratorium anatomi, jarak dari asrama ke lab rada jauh. Soalnya lab ini misah sendiri dari lab lainnya. Dia ada di deket rumah sakit, entah kenapa? mungkin karna ada kadafernya *mungkin. Ngobrol ngobrol sebentar, bukan sekedar ngobrol sih, lebih ke ngapal singkat depan lab hohoho. Gak lama dari itu, bener bener gak lama dari itu, dipanggil lah ke dalam lab. Asdosnya ngomong ngomong bentar lalu pre test pun di mulai, seperti biasa tegang -_-, keluar dari tempat tentamen langsung gupek di luar ada yg salah lah dan lain lain, masuk ke lab lagi dijelasin, alhamdulilah bisa jawab kuis dan remed lisan, tapi masih degdegan hasilnya apa. Tapi lupakan dulu soal itu, kita lagsung lah lihat kadafer, sesuatu yang ingin di lihat di lab Anatomi, karna selalu jadi bahan cerita kakak tingkat. "ternyata begini" dalam hati sambil terus doain bliau para kadafer yang udah jadi guru untuk kita para mahasiswa kedokteran. Oh iya buat yang gak tau kadafer, kadafer itu mayat yang di awetkan untuk kepentingan pendidikan, gitu lah pengertian singkatnya. Selesai dari itu, diumumin lah yang lulus, alhamdulilah lulus. yang kepikiran saat itu adalah alhamdulilah usaha dan doa orang tua dibalas baik sama Allah. 


Keluar lab nenangin temen yang harus ngulang sama nemenin dia belajar dulu depan lab. Senengnya di kelompok ini nih gini, mereka udah kaya keluarga banget. Semoga aja cita cita lulus satu kelompoknya terkabul amin. Terus balik ke asrama, makan, leha leha di kasur bentar, terus berangkat kuliah bareng dr.sigit, pulang, mandi, beres beres sampai singkat cerita ngutik depan laptop dan searching searching. 


Awalnya nyari nyari alamat universitas universitas untuk kepentingan organisasi, sampai akhirnya ngesearch "mahasiswa kedokteran blog", dibukain satu satu dan dapat suatu artikel yang bikin saya mikir, sebenernya udah sering nemu ginian tapi ini ngena sekali.
(surat dari  Aditya Putra Priyahita) *itu yang tertulis di blog, mungkin dia yg buat*

Rekan sejawat yang terhormat,
Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.
Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah
Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.
Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah Fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.
Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.
Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.
Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.
Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.
Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.
Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.
Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.
Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.”
Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,”dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter?”
Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”
Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.
Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.
Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada…
NB :
Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan pernah.
Aditya Putra Priyahita,
seorang yang sangat merindukan sebuah reuni anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di surga nanti.

Alhamdulilahnya bukan itu niat saya dari awal, mungkin pernah ditulis di blog ini alasannya. Cita cita ingin jadi dokter dan semangat keluarga, sangat cukup dijadikan motivasi untuk teguh memilih bidang ini. Semua ini bukan karena harta, kehormatan dan lain lain. Berusaha jadi dokter yang terbaik juga cukup, karena Allah akan memberikan kita imbalan yang setimpal dengan apa yang kita beri. dan saya percaya hal itu.
Sudah ah nulisnya segini dulu, hari kamis harus udah Anatomi lagi dan hari sabtu harus udah Ujian Akhir Blok lagi. Untuk yang baca blog saya yang gak seberapa ini, tolong yang bagi doa kalian biar saya lancar jalanin jalan saya untuk jadi dokter terbaik kalian. Bahkan lancar mengabdikan diri untuk sesama sampai di surga nanti amin
(mungkin lebay tapi sudah lah, maaf kalo lebay hehehe)